Bandung merupakan salah satu tempat dimana mawar dan benalu dapat tumbuh dalam satu kebun.Keindahan alamnya terpampang disetiap sudut kota.Tangkuban Perahu,Situ Lembang,maupun kompleks karst hanya beberapa contoh dari kekayaan alam yang dimiliki kota bersejarah ini.Fenomena ini sayangnya bukan satu-satunya potensi alam yang menyelimuti Bandung karena bencana alam selalu mengiringi kehidupan masyarakatnya.
Mungkin bencana alam seperti longsor,banjir,ataupun angin puyuh menjadi kejadian alam yang paling familiar ditelinga masyarakat saat ini khususnya Bandung.Namun sebenarnya terdapat bencana alam lain yang dapat berada lebih dekat dengan kita dan sangat berpotensi menimbulkan korban jiwa maupun harta.Bencana alam tersebut adalah tanah amblas atau dikenal juga dengan sebutan land subsidience.Amblasan tanah ini dapat terjadi dalam skala area luas maupun sempit.Secara umum,land subsidience dapat terjadi karena adanya pengambilan air tanah berlebih di suatu akuifer. Pengambilan air tanah di akifer ini terwujud dalam pemompaan air menggunakan mesin ataupun sumur yang berlebih,sehingga menyebabkan turunnya muka air tanah.Dengan adanya penurunan muka air tanah ini,air yang mengisi ruang antar partikel batuan menjadi tak ada.Hal tersebutlah yang memacu partikel batuan yang padat semakin kompak dan akhirnya terjadi suatu amblesan.Amblesan tanah ini bersifat irreversible/tak dapat dipulihkan ,artinya ketika kita menginjeksikan atau memasukan air kembali ke akuifer yang kehilangan air,tanah yang sudah amblas tersebut tak dapat kembali ke kondisi awal. Tanah amblas yang dipicu oleh peristiwa ini pada umumnya terjadi di daerah dengan populasi bangunan yang memiliki sumur artesis dan pemompaan air nya tak terkendali dengan baik.
Selain dikarenakan pemompaan air yang berlebih,pembebanan dipermukaan pun dapat memicu terjadinya amblesan tanah.Pembebanan ini muncul dengan wujud hadirnya bangunan-bangunan dengan berat total yang lebih besar dari daya tahan permukaan yang menopangnya.Alur terjadinya amblesan tanah akibat pembebanan ini dapat dianalogikan seperti diletakannya batu besar diatas spon berisi air.
Penyebab lainnya adalah kompaksi alami yang dialami oleh sedimen muda.Sedimen merupakan material lepas hasil pelapukan batu,tererosi,lalu mengalami transportasi dan akhirnya mengendap disuatu tempat.Pada saat mengendap inilah proses kompaksi terjadi,partikel lepas tadi menjadi saling mendekat dan terpadatkan,sehingga dapat menyebabkan turunnya permukaan/amblas.
Selain ketiga penyebab diatas,land subsidience pun dapat dipicu oleh pengaruh aktifnya struktur geologi.Tempat yang saat ini kita tempati ini dipengaruhi gaya dari dalam bumi .Ketika suatu daerah dipengaruhi oleh gaya-gaya yang memiliki arah tertentu,secara bertahap akan terbentuk suatu zona lemah didaerah tersebut yang nantinya akan berpotensi untuk menjadi amblesan.Di dalam ruang lingkup ilmu geologi dikenal istilah sesar.Sesar merupakan rekahan yang memiliki pergerakan horisontal maupun vertical dan pergerakannya tersebut yang sebenarnya berpotensi menimbulkan amblesan tanah.
Prof.Lambok.M. Hutasoit yang merupakan guru besar Teknik Geologi ITB,mengatakan bahwa tercatat tanah amblas di Bandung ini sudah mencapai setengah meter dalam pidatonya yang berjudul Simulasi Numerik Dalam Hidrologi pada 21 Oktober 2011.Hal tersebut menunjukan bahwa sebenarnya dalam cakupan daerah yang luas ,tanah Bandung ini memang sedang mengalami penurunan.Amblesan tanah ini pun sering muncul dalam bentuk lubang berdiameter tertentu ataupun suatu gradasi tinggi permukaan tanah yang berbeda pada satu lokasi dan berlangsung seketika. Pada 24 dan 28 Maret 2010 Pos Kota Online memberitakan terjadinya tanah amblas di Kampung Legok Hayam,Desa Girimekar,Cilengkrang dan di Kampung Dara Wetan .Pada bulan yang sama TribunNews secara online memberitakan tanah amblas di Desa Nanjung dan pada tahun 2011 Pikiran Rakyat dan Radar Bandung memberitakan bahwa telah terjadi pula tanah amblas di Taman Setiabudi serta Kampung Talagakawung,Kecamatan Cipageran. Fakta yang ada ini merupakan suatu bukti bahwa peristiwa tanah amblas ini bukan lagi sebagai ancaman akan tetapi sudah menjadi bencana bagi masyarakat Bandung.Tanah ambles di Desa Girimekar mungkin merupakan yang paling merugikan ,karena bencana ini menghancurkan delapan rumah warga setempat dan 39 rumah lainnya retak-retak,sementara itu sebanyak 496 orang penduduk dievakuasi untuk menghindari jatuhnya korban jiwa .Diperlukan penelitian dan kajian secara rinci memang untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari peristiwa tanah amblas di tempat-tempat tersebut ataupun lokasi amblesan lain.Namun dengan mengetahui dan memahami setiap ciri lingkungan yang berpotensi untuk menjadi lokasi tanah amblas sesuai penjabaran diatas,setidaknya kita dapat lebih waspada.Sudah saatnya seluruh masyarakat dan pemerintah, lebih peduli terhadap lingkungan sekitar,terutama terhadap pengelolaan air tanah,tata cara dan letak pembangunan infrastruktur seperti kantor,gedung pencakar langit dan sejenisnya,agar bencana semacam ini tak lagi berlanjut atau setidaknya terminimalisir.